JURNALKITAPLUS – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 tercatat melambat menjadi 4,87 persen secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11 persen. Perlambatan ini dipicu oleh stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta kontraksi belanja pemerintah.
Dalam konferensi pers pada Senin (5/5/2025), seperti dilansir dari kompas, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut konsumsi rumah tangga dan ekspor masih menjadi penopang utama pertumbuhan. Konsumsi tumbuh 4,89 persen, sementara ekspor meningkat 6,78 persen, didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan mancanegara selama momen Ramadhan dan Idulfitri.
Namun, angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut nyaris stagnan jika dibandingkan dengan triwulan I-2024 yang sebesar 4,91 persen. Padahal, konsumsi rumah tangga selama ini berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni sekitar 53–56 persen. Untuk triwulan I-2025, kontribusinya tercatat 54,53 persen.
Di sisi lain, belanja pemerintah justru terkontraksi 1,38 persen pada triwulan I-2025, berbanding terbalik dengan lonjakan 20,44 persen pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini memperlemah dorongan fiskal terhadap aktivitas ekonomi.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menambahkan bahwa pelemahan konsumsi masyarakat sudah terlihat sejak Maret 2025 lewat survei konsumen Bank Indonesia. Data menunjukkan penurunan indeks pendapatan dan pembelian barang tahan lama, khususnya di kalangan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, yang menandakan tekanan pada daya beli.
Meski demikian, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia masih tergolong solid di antara negara-negara G20. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 merupakan yang tertinggi kedua setelah China yang tumbuh 5,4 persen,” ujar Airlangga.
Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan untuk mendorong kembali konsumsi domestik dan belanja fiskal demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman meningkatnya pengangguran dan melemahnya daya beli masyarakat. (FG12)